Senin, 28 November 2016

TOKOH INSPIRATIF

TOKOH INSPIRATIF



Nama :
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Tempat tanggal lahir:
Rembang 20 Maret 1956
Alamat kantor:
Wisma Garuda Food 
Jalan Bintaro Raya Nomor 10A Jakarta Selatan
Pendidikan:
- Alumni 1981 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga
- Alumni 1982 Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga
Organisasi:
- Pendiri dan pengurus The Indonesian Pluralism Institute (IPI)
- Pendiri The Indonesian Conference on Religion and Peace Institute (ICRP)
- Dewan Pembina Global Sevilla Puri Indah and Global Sevilla Pulo Mas
- Ketua Dewan Pengawas Majelis Buddhayana Indonesia (MBI)
- Anggota Dewan Pertimbangan Apindo
Karir:
- Chairman GarudaFood Group (2012 sampai sekarang)
- Group Chairman Tudung Group (2012 sampai sekarang)
- Group CEO of Tudung Group (2006 sampai 2012)
- President Director GarudaFood Group (1994 sampai 2012)
Filosofi:
The duty is God. That work is worship


Sudhamek, korban bully yang sukses pimpin GarudaFood –

Banyak korban bully yang akhirnya benar-benar tersisih dari kehidupan sosial dan bahkan beberapa di antaranya bunuh diri tak kuat menahan derita. Namun banyak pula di antara mereka yang akhirnya bisa bangkit dan membuktikan kepada dunia bahwa mereka tidak pantas dihina dan direndahkan. Salah satu korban bully yang kini menikmati kesuksesan hidup adalah Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto, bos GarudaFood. Ikuti kisahnya.

Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto adalah entrepreneur, sekaligus figur pemimpin di GarudaFood. Sejak mengambil alih perusahaan keluarganya, sebuah pabrik tepung tapioka lokal, Sudhamek berhasil mengantarkan GarudaFood untuk terbang melanglangbuana ke seluruh dunia. Versi November 2013, Forbes menilai kekayaannya sebesar US0 juta atau 9 Trilliun Rupiah, menempatkannya di posisi ke 35 dari 50 orang terkaya di Indonesia.

Akan tetapi, seluruh pencapaian ini tidak taken for granted, tidak langsung didapat. Tahukah Anda bahwa Sudhamek adalah mantan korban bully? Kehidupan Sudhamek penuh dengan hikmah yang bisa dipetik oleh setiap entrepreneur.

Biografi Sudhamek.

Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto, lahir pada tanggal 20 Maret 1956 di Rembang, Jawa Tengah. Ia dan keluarganya tinggal di perkampungan nelayan miskin. Keluarganya tak kaya, namun juga tak terlalu miskin. Tak semua kebutuhan Sudhamek terpenuhi. Katanya, ia jarang menyantap daging ayam. Dan kalaupun ada, anak bungsu dari 11 bersaudara itu, kebagian potongan paling kecil. Meski begitu, Sudhamek bersyukur tak pernah kurang asupan protein. Di tepi pantai, tempat ia tinggal, bertumpuk ikan laut yang segar dan murah.

Jadilah tuan bagi hidupmu sendiri.

Sudhamek memulai pendidikannya dengan sangat lambat. Bahkan nyaris tidak naik kelas ketika SD. Dino Patti Djalal dalam bukunya “Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang” menulis bahwa sejak kecil, Sudhamek seringkali mendapat cacian akibat namanya yang ‘unik’.

“Setiap pagi, ketika diabsen satu persatu, saya merasa bahwa itulah momen penghukuman bagi saya. Begitu nama saya dipanggil, maka seluruh kelas akan tertawa sambil melihat saya,” katanya.

Tekanan batin inilah yang membuat prestasi sekolahnya jelek sekali hingga SMA. Kalau syarat naik kelas adalah K6 (nilai merah tidak boleh akumulatif lebih dari 6), ia selalu nyaris di border line. Hingga, ayahnya berpesan “Jadilah tuanmu sendiri dalam hidup ini.”

Kekuatan kehendak untuk berbuat.

 Selepas SMA, Sudhamek masuk di Fakultas Ekonomi sebuah Universitas di Salatiga. Diakuinya, pilihan ini adalah tidak sengaja. Akan tetapi, ketika melihat nilai kuliahnya di fakultas ekonomi itu bagus, ia mulai jatuh cinta pada ilmu ekonomi. Sudhamek merasa kalau dirinya tidaklah sebodoh yang ia bayangkan ketika menyadari bahwa nasib ada di tangannya sendiri, beliau bangkit dan. Kepercayaan dirinya pun mulai tumbuh. Ia menjelma menjadi seorang mahasiswa gaul yang fasih berbicara di depan publik. Sudhamek percaya bahwa “will power” yang membuatnya berubah, semacam kekuatan kehendak untuk berbuat. Ia memang tak pernah menjadi murid terpandai. Namun, kata Sudhamek, karena kekuatan kehendak itulah, ia berhasil menyabet dua gelar sarjana sekaligus, ilmu ekonomi  dan ilmu hukum.

Memburu pengalaman.

Lulus kuliah, bukan berarti Sudhamek langsung meneruskan bisnis keluarga, meskipun secara lokal, nyatanya bisnis keluarga sangat menjanjikan. Ia mampir dulu untuk menimba ilmu dulu di berbagai perusahaan. Sudhamek bergabung dengan PT Gudang Garam, Kediri. Dalam waktu 8 tahun, beliau sudah dipercaya untuk menjadi Presiden Direktur di PT. Trias Santosa Tbk, anak perusahaan Gudang Garam. Belasan tahun ia belajar manajemen, dan kepemimpinan mengelola korporasi. Semua pelajaran itu kemudian diterapkannya ketika ia mengambil alih bisnis warisan ayahnya, PT Tudung, yang awalnya bergerak di bisnis tepung tapioka. Di bawah kepemimpinan Sudhamek, perusahaan itu berubah nama menjadi PT Tudung Putrajaya (TPJ), bergerak di produksi kacang garing, meskipun masih tanpa merek. Inilah cikal bakal GarudaFood. Mulai 1987, mereka menjual kacang produksinya dengan merek ‘Kacang Garing Garuda.’ Kacang Garuda meledak di pasaran.

Inovasi harga mati.

Menggunakan semua pengalaman kerja sebelumnya, Sudhamek berhasil memodernkan GarudaFood. Inovasi demi inovasi terus dilakukan. Contohnya adalah keberhasilan GarudaFood mendirikan perusahaan distribusi. Dari dulunya hanya fokus dalam produk kacang, kini telah menghasilkan 200 produk makanan dan minuman. Puncaknya, GarudaFood menjalin kerjasama dengan brand besar dari Jepang, Suntory. Akhir tahun lalu, mereka meluncurkan merk minuman teh botol, Mirai. Ada untungnya di bisnis beverage. Saat Indonesia digilas krisis moneter pada 1998, GarudaFood justru bertahan. Ini karena mereka menguasai 60-70 persen pangsa pasar. Bahkan, berkat kerjasama dengan Suntory, kini GarudaFood merambah pasar dunia.

Perusahaan harus mengapresiasi kultur.

Beliau menekankan pentingnya kultur dalam membangun GarudaFood. Kalau perusahaan itu mempunyai kultur yang baik, maka sebuah perusahaan akan berperforma baik pula. Bagi Sudhamek, penting sekali untuk membangun aspek spiritual dalam perusahaan. Moralitas karyawan yang baik akan memberikan hasil yang baik pula untuk perusahaan. Seorang pemimpin hebat harus mampu menyentuh aspek manusia semua orang yang dipimpinnya dengan cerdas dan arif. Dengan kemampuan spiritual yang ditambahkan dengan kompetensi, maka perusahaan akan menjadi lebih dinamis dalam bertumbuh.

Regenerasi.

Kini, dengan besarnya GarudaFood, Sudhamek merasa sudah saatnya bagi beliau untuk pensiun. Beliau merasa bahwa sinar matahari pemimpin baru GarudaFood bisa tertutup apabila beliau masih aktif. Dalam sebuah proses suksesi yang berhasil, beliau menyerahkan posisi sebagai CEO GarudaFood pada Hardianto Atmadja. Kini Sudhamek memilih untuk menjadi mentor GarudaFood, terutama dalam menjaga budaya spiritual dan inovasi.

Sudhamek, yang dulu anak kecil minder bernama aneh itu, berhasil meraih berbagai penghargaan, secuil di antaranya adalah Ernst & Young Indonesia Entrepreneur of The Year 2004, dan The Most Admired CEO 2004, 2005, 2006, 2007

Sumber :
https://simomot.com/2014/07/14/sudhamek-korban-bully-yang-sukses-pimpin-garudafood/
http://jateng.tribunnews.com/2016/01/24/ini-biodata-sudhamek-aws-chairman-garudafood-group

Nama : Angger Bagus Wicaksono
Kelas :  1EA11
Npm  :  18216193
Dosen : Ramitha Hapsari


Jumat, 04 November 2016

ADAT PERNIKAHAN SUKU SUNDA

ADAT PERNIKAHAN SUKU SUNDA







Kelompok 2
Devianti Rahmalia A(11216882)
    Dicky Suhendra(11216999)
                                                    Elma Nisa Fiarni(12216321)
                                                    Erica Yoshi Fikrianti(12216350)
                                                    Ezra Yoel
                                                    Farid Rashidi(12216664)
                                                    Faudia Aulia Susanto(12216707)
                                                    Gitya Maajid(13216077)
                                                    Angger Bagus(1821693)
                                           Dosen:Ramita hapsari
    Ilmu Budaya Dasar


                                                       Daftar isi

Daftar isi……………………………i
Kata pengantar……………………  ii
Bab  pendahuluan………………......1

1.1 latar belakang…………………..1
1.2 tujuan penelitian………………..1
Bab 2 Pembahasan………………….2

2.1 latar belakang suku sunda………2
2.1.1 unsur kebudayaan suku sunda...3
2.2 nilai budaya yang bisa diambil….6
2.3 tradisi pernikahan adat sunda……7
2.4 tahapan pernikahan………………9
Bab  Penutup………………………..14

3.1 kesimpulan………………………14
Foto kelompok


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang adat pernikahan suku sunda.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.   
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
    
                                                                                      Depok, 31 Oktober 2016
    
                                                                                                                                      Penyusun








ii
BAB 1

1.1 Latar Belakang

Upacara perkawinan adat pengantin sunda sebenarnya bersumber dari orang terdahulu. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiringperkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin kebaya. Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruun 21) dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dankehadiran orang lain dan Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis dan sahmenurut agama dan hukum adalah pernikahan. Dalam makalah ini penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa.

1.2 Tujuan penelitian

1.untuk mengetahui adat pernikahan suku sunda
2.untuk mengetahui busana pernikahan adat sunda
3. untuk mengetahuia bagaimana bau-bauan yang dipergunakan dalam tradisi “Siraman “ dalam
upacara pernikahan Adat Sunda?

 BAB 2
2.1 latar belakang suku sunda
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter orang Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), wanter (berani) dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota Kerajaan Tarumanagara yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.

2.1.1    unsur kebudayaan suku sunda
.
1.Religi
Sebagian besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang menganut agama Kristen, Hindu, Budha, Sunda Wiwitan dan lain sebagainya.Mereka tergolong pemeluk agama yang taat, karena kewajiban  beribadah adalah prioritas utama. 
2.Bahasa
Bahasa Sunda mengenal adanya tingkatan dalam Bahasa yang disebut Unda-Usuk yaitu tata cara berbahasa untuk mebedakan golongan usia dan status social.
a.Bahasa Sunda Lemas (halus) yang digunakan untuk berbicara kepada orang tua, orang yang dituakan atau yang disegani.
b.Bahasa Sunda Sedang yang digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
c.Bahasa Sunda Kasar yang digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
Dalam Bahasa Sunda terdapat pengejan huruf vocal E yang berbeda sesuai dengan tanda baca.Contoh :e,è dan eu. 
3
3.Kesenian
 -Seni Tari : Tari Topeng, Merak, Jaipong, dan Sisingaan.
 -Seni Suara dan Musik : Degung (semacam orchestra) menggunakan alat music gendang, gong, saron, kecapi dll.
 -Lagu Daerah sunda antara lain yaitu Bubuy Bulan, Karatagan Pahlawan, Badminton, Bandung, Tokecang, Cingcangkeling, Manuk Dadali, Es Lilin dan Warung Pojok.
-Wayang Golek. Wayang yang terbuat dari kayu dan salah satu tokoh karakter wayang yaitu Cepot dan Dalang yang paling terkenal adalah Abah Asep Sunarya.
-Senjata tradisional Yaitu Kujang dan Keris.
 4.organisasi kemasyarakatan
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah Parental atau Bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan dari kedua belah pihak orang tua. Pada saat menikah orang Sunda tidak ada kharusan menikah dengan keterunan tertentu asal tidak melanggar dari ketentuan Agama. Pada saat setelah menikah, pengantin baru bias tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka lebih memilih untuk tinggal ditempat yang baru. Dilihat dari sudut ego, orang sunda mengenal istilah tujuh generasi keatas (Kolot, Embah, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg, Gantung Siwur) dan kebawah (Anak, Incu, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg, Gantung Siwur).
5.Ekonomi
 Mata pencaharian pokok suku Sunda adalah:
1.Bidang Perkebunan : Teh, Kelapa sawit, Karet, dan Kina.
2.Biadang Pertanian : Padi, Palawija, dan Syur-mayur.
3.Bidang Perikanan : Tambak Udang, dan Perikanan Ikan Payau. Selain bertani, berkebun dan mengelolo perikanan ada juga yang bermata  pencaharian sebagai Pedagang, Pengrajin, Peternak dan Nelayan.
4
6.Ilmu Pengetahuan
 Dalam era globalisasi saat ini kemajuan teknologi sangatlah bagus, hal itu tantu sangat membantu untuk meberikan fasilitas yang cukup memadai dalam  pengetahuan dan informasi memudahkan masyarakat untukmemilih intitusi atau lembaga pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang dari mulai tingkat Sekolah Dasar bahkan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Pada saat ini disetiap ibukota kabupaten telah tersedia Universitas-universitas, Fakultas-fakultas dan Cabang-cabang Universitas, seperti ITB, UPI, UNPAD yang ada di Bandung.
7.Teknologi
Seiring dengan berkembangnya zaman, kini hasil-hasil pengembangan teknologi sangat membantu masyarakat sunda dalam kegiatannya sehari-hari serta mudah untuk didapat.Seperti alat-alat yang digunakan untuk pertanian yang pada zaman dulu masih trdisional, kini terlah berubah mengunakan alat-alat yang modern serta canggih seperti traktor untuk membajak sawah, penggilingan padi. Selain itu juga sudah terdapat alat komunikasi dan barang elektronik yang modern, canggih serta mutakhir. Sehingga memudahkan dalam pemasaran produk-produk yang dihasilkan.

2.2 Nilai budaya yang bisa diambil
Ciri khas dan nilai Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (soméah, seperti dalam falsafah someah hade ka semah), murah senyum, lemah-lembut, menghormati yang lebih tua dan kepada tamu.
Keutamaan hidup. Etos dan watak Sunda  adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat diartikan sehat, baik, mawas, dan cerdas. Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Spiritual tradisional Sunda adalah sunda wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam.
ciri khas Kebudayaan Sunda yang membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya.

2.3 Tradisi pernikahan adat sunda
1. Neundeun Omong
Neundeun omong adalah tahap awal yang harus dilakukan dalam ritual adat sunda. Pada tahapan ini dilakukan perbincangan antara kedua orang tua mempelai ataupun siapa saja yang jadi utusan dari pihak pria, yang datang bersilaturahmi kepada orangtua. Utusan tersebut harus menyampaikan pesan bahwa nantinya sang gadis akan dilamar. Namun, di beberapa daerah pasundan tertentu, terkadang ada yang menggunakan cara dengan saling mengirim barang tertentu.
2. Narosan (Lamaran)
Narosan ini merupakan tahapan tindak lanjut setalah proses neundeun omong dilakukan. Narosan ini dilakukan oleh pihak kedua keluarga mempelai untuk sepakat menjalin hubungan yang lebih jauh. Perbedaannya dengan Neunden omong, pihak keluarga laki-laki membawa barang-barang seperti lemareun, pakaian perempuan, cincin meneng, dan beubeur tameuh. Barang-barang tersebut tentunya memiliki arti masing-masing.
3. Tunangan
Setelah Narosan, selanjutnya dilakukan tunangan dengan cara dilakukan pertukaran beubeur tameuh (Ikat panggang kaum perempuan terutama setelah melahirkan). Beubeur tameuh ini memiliki makna sebagai tanda adanya ikatan lahir batin antara kedua belah pihak.
4. Seserahan Dalam adat sunda, seserahan dilakukan pada 3 – 7 hari sebelum acara pernikahan dilaksanakan. Calon pengantin membawa uang, baju, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya.
5. Ngaras
Ngaras ini adalah proses meminta izin dari pihak calon mempelai wanita kepada kedua orang tua dengan cara sungkeman dan mencuci kaki kedua orang tua serta bersujud dipangkuan orang tuanya. image image Source : Tipspernikahan.blogspot.com
6. Ngebakan (Siraman)
Proses ngebakan atau siraman biasanya dilakukan 3 hari menjelang hari pernikahan. Ngebakan ini mempunyai makna agar kedua mempelai bersih secara lahir dan batin.
7. Ngeuyeuk Sereuh
Ngeuyeuk sereuh berasal dari ngaheuyeuk yang berarti mengolah. Biasanya acara ini dilakukan bersamaan dengan prosesi seserahan. Acara ini biasanya dihadiri oleh kedua calon mempelai dengan keluarga dekat yang dilaksanakan pada malam hari sebelum dilakukan prosesi akad nikah. Prosesi ini dipimpin oleh nini pangeuyeuk (Juru rias). Kedua calon mempelai meminta restu kepada orang tua masing-masing. Lewat prosesi ini, orang tua memberikan nasehat-nasehat lewat lambang benda-benda yang disertakan dalam acara prosesi.
8. Akad Nikah
Akad nikah dilakukan pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua kea bersangkutan. Taradisinya adalah romobongan keluarga dari calon mempelai laki-laki datang ke kediaman calon mempelai perempuan dengan membawa mas kawin dan peralatan seperti seserahan.
9. Saweran
Saweran berasal dari kata panyaweran yang dalam bahasa sunda berarti tempat jatuhnya air dari atap rumah. Acara ini mempunyai makna berbagi rezeki dan kebahagiaan. Saweran dilakukan oleh kedua orang tua dengan diiringi kidung. Kedua mempelai duduk berdampingan dengan dilindungi payung. Saweran dilakukan sampai kidung selesai dilantukan. Alat saweran dinamakan bokor. Bokor ini berisi uang logam (kemakmuran), beras (kemakmuran), kembang gula (mendapatkan manis dalam hidup berumah tangga) dan kunyit (kejayaan)
 10. Meuleum Harupat
Mempelai pria memegang batang harupat, lalu pengantin wanita membakar dengan lilin hingga menyala. Harupat yang telah menyala lalu di input ke kendi yang di pegang mempelai wanita, diangkat kembali serta dipatahkan lantas di buang jauh-jauh. Melambangkan nasehat pada ke-2 mempelai untuk selalu berbarengan dalam memecahkan masalah dalam rumah tangga. Manfaat istri dengan memegang kendi diisiair yaitu untuk mendinginkan tiap-tiap masalah yang bikin pikiran serta hati suami tak nyaman. Itulah serangkaian ritual dan upacara adat pernikahan dari budaya Sunda. Meskipun terlihat menyulitkan, tetapi memiliki kandungan budaya dan makna yang dalam tersimpan dibaliknya.
2.4 Tahapan Pernikahan
Prosesi Pernikahan Adat Sunda Sebelum Hari H
1. Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan)
Pada prosesi pertama adalah pembicaraan antara kedua pihak orang tua mempelai atau walinya yang dipercaya jadi menjadi utusan pihak pria yang mempunyai rencana untuk mempersunting seorang wanita sunda.
Orang tua atau wali datang bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak sang wanita akan dilamar.
Sebelumnya orang tua masing-masing memang telah membuat kesepakatan untuk menjodohkan atau sang pria dan wanitanya sudah sepakat untuk mengikat janji dalam suatu ikatan pernikahan.
Selanjutnya orang tua pria datang sendiri atau menyuruh orang lain ke rumah sang wanita untuk menyampaikan niatnya.
Intinya, neundeun omong (titip ucap, menaruh perkataan atau menyimpan janji) yang mengharapkan sang wanita agar menjadi menantunya. Dalam hal ini, orang tua atau wali membutuhkan kepandaian berbicara, berbahasa dan penuh keramahan.

2.Narosan atau Nyeureuhan (Lamaran)
Prosesi melamar atau meminang ini adalah sebagai tindak lanjut dari tahap pertama. Prosesi ini dilakukan orang tua calon pengantin keluarga sunda dan keluarga dekat.
Hampir mirip pada tahap pertama, bedanya dalam lamaran, orang tua pria biasanya mendatangi calon besannya dengan membawa makanan atau bingkisan seadanya, membawa lamareun untuk pameungkeut yaitu tali pengikat kepada calon pengantin wanitanya.
Biasanya berupa uang, seperangkat pakaian, semacam cincin pertunangan, sirih pinang komplit dan lainnya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan waktu dan hari yang disepakati untuk melangsungkan pernikahan.
 3. Tunangan
Prosesi pernikahan adat sunda yang ketiga adalah prosesi patuker beubeur tameuh, yaitu dilakukan penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada sang wanita.
 4. Seserahan (Nyandakeun)
Pada 3 – 7 hari sebelum pernikahan, calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan dan lain-lain.
 5. Ngeuyeuk Seureuh
Ini adalah prosesi yang tidak wajib atau pilihan. Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilakukan sesaat sebelum akad nikah. Tahap ini dilakukan sebagai berikut:
a. Dipimpin Pengeuyeuk.
b. Pengeuyek menyuruh kedua calon pengantin untuk meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
c. Diiringi lagu kidung oleh Pangeuyeuk.
d. Disawer beras, agar hidup sejahtera.
e. Dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan rajin bekerja.
f. Membuka kain putih penutup Pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
g. Membelah mayang jambe dan buah pinang oleh calon pengantin pria. Mempunyai makna agar keduanya saling mengasihi dan bisa menyesuaikan diri.
h. Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon pengantin pria.

6. Membuat Lungkun
Saling hadapkan dua lembar sirih bertangkai. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya agar kelak rejeki yang didapat jika berlebihan bisa dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
 7. Berebut Uang
Prosesi ini dilaksanakan di bawah tikar sambil disawer. Bermakna berlomba-lomba dalam mencari rejeki dan disayang keluarga.Pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap oleh pengantin wanita.

Prosesi Pernikahan Adat Sunda Pada Hari H
Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin.
Prosesi Upacara Pernikahan
a. Penjemputan Calon Pengantin Pria
Dilakukan oleh utusan dari pihak wanita.
b. Ngabageakeun
Ibu calon pengantin wanita menyambut dengan mengalungkan bunga melati kepada calon pengantin pria. Kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
c. Akad Nikah
Petugas KUA, para saksi dan pengantin pria telah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar.
Kemudian didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang bermakna penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka ketika kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
d. Sungkeman
Meminta ampun kepada kedua orang tua.
e. Wejangan
Dilaksanakan oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
f. Saweran
Kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun mengandung petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi dengan payung yang besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
g. Meuleum Harup
Pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lalu harupat dipatahkan oleh pengantin pria.
h. Nincak endog (Menginjak Telur)
i. Muka Panto (Buka Pintu)
Diawali mengetuk pintu tiga kali. Lalu diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.
 Prosesi pernikahan adat sunda saat ini mulai disederhanakan, melihat prosesinya yang begitu panjang dan melelahkan.
Bahkan menurut sebagian ulama, Prosesi pernikahan ini terlalu mubazir sebab ada prosesi menginjak telur yang diibaratkan sangat tidak menghargai kreasi Yang Maha Kuasa. Namun adat tetap saja adat, bagaimanapun bangsa ini tetap harus melestarikan adatnya  yang ada.
Demikian prosesi pernikahan adat sunda modern dan lengkap. Semoga berguna bagi pasangan pengantin maupun keluarga yang akan menggunakan adat sunda dalam prosesi pernikahannya nanti.

BAB 3

3.1 Kesimpulan
Pernikahan adatSunda saat ini lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan syariat Islam dan nilai-nilai "keparaktisan" dimana "sang penganten" ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele.
Adat yang biasanya dilakukan meliputi  acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara "seren sumeren" calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor), "meuleum harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan kendi, sawer dan "ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam)
Acara "pengajian" yang dikaitkan dan menjelang pernikahan tidak dicontohkan oleh Nabi Saw. namun ada beberapa kalangan yang menyatakan bahwa hal itu suatu kebaikan dengan tujuan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah Swt yaitu melalui penyampaian "do'a".



 FOTO KELOMPOK