TOKOH
INSPIRATIF
Nama :
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto
Tempat tanggal lahir:
Rembang 20 Maret 1956
Alamat kantor:
Wisma Garuda Food
Jalan Bintaro Raya Nomor 10A Jakarta Selatan
Pendidikan:
- Alumni 1981 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga
- Alumni 1982 Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga
Organisasi:
- Pendiri dan pengurus The Indonesian Pluralism Institute (IPI)
- Pendiri The Indonesian Conference on Religion and Peace Institute (ICRP)
- Dewan Pembina Global Sevilla Puri Indah and Global Sevilla Pulo Mas
- Ketua Dewan Pengawas Majelis Buddhayana Indonesia (MBI)
- Anggota Dewan Pertimbangan Apindo
Karir:
- Chairman GarudaFood Group (2012 sampai sekarang)
- Group Chairman Tudung Group (2012 sampai sekarang)
- Group CEO of Tudung Group (2006 sampai 2012)
- President Director GarudaFood Group (1994 sampai 2012)
Filosofi:
The duty is God. That work is worship
Sudhamek, korban bully yang sukses pimpin GarudaFood –
Banyak korban bully yang akhirnya benar-benar tersisih dari kehidupan
sosial dan bahkan beberapa di antaranya bunuh diri tak kuat menahan derita.
Namun banyak pula di antara mereka yang akhirnya bisa bangkit dan membuktikan
kepada dunia bahwa mereka tidak pantas dihina dan direndahkan. Salah satu
korban bully yang kini menikmati kesuksesan hidup adalah Sudhamek Agoeng
Waspodo Soenjoto, bos GarudaFood. Ikuti kisahnya.
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto adalah entrepreneur, sekaligus figur
pemimpin di GarudaFood. Sejak mengambil alih perusahaan keluarganya, sebuah
pabrik tepung tapioka lokal, Sudhamek berhasil mengantarkan GarudaFood untuk
terbang melanglangbuana ke seluruh dunia. Versi November 2013, Forbes menilai
kekayaannya sebesar US0 juta atau 9 Trilliun Rupiah, menempatkannya di posisi
ke 35 dari 50 orang terkaya di Indonesia.
Akan tetapi, seluruh pencapaian ini tidak taken for granted, tidak langsung
didapat. Tahukah Anda bahwa Sudhamek adalah mantan korban bully? Kehidupan
Sudhamek penuh dengan hikmah yang bisa dipetik oleh setiap entrepreneur.
Biografi Sudhamek.
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto, lahir pada tanggal 20 Maret 1956 di
Rembang, Jawa Tengah. Ia dan keluarganya tinggal di perkampungan nelayan
miskin. Keluarganya tak kaya, namun juga tak terlalu miskin. Tak semua
kebutuhan Sudhamek terpenuhi. Katanya, ia jarang menyantap daging ayam. Dan
kalaupun ada, anak bungsu dari 11 bersaudara itu, kebagian potongan paling
kecil. Meski begitu, Sudhamek bersyukur tak pernah kurang asupan protein. Di tepi
pantai, tempat ia tinggal, bertumpuk ikan laut yang segar dan murah.
Jadilah tuan bagi hidupmu sendiri.
Sudhamek memulai pendidikannya dengan sangat lambat. Bahkan nyaris tidak
naik kelas ketika SD. Dino Patti Djalal dalam bukunya “Life Stories: Resep
Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang” menulis bahwa sejak
kecil, Sudhamek seringkali mendapat cacian akibat namanya yang ‘unik’.
“Setiap pagi, ketika diabsen satu persatu, saya merasa bahwa itulah momen
penghukuman bagi saya. Begitu nama saya dipanggil, maka seluruh kelas akan
tertawa sambil melihat saya,” katanya.
Tekanan batin inilah yang membuat prestasi sekolahnya jelek sekali hingga
SMA. Kalau syarat naik kelas adalah K6 (nilai merah tidak boleh akumulatif
lebih dari 6), ia selalu nyaris di border line. Hingga, ayahnya berpesan “Jadilah
tuanmu sendiri dalam hidup ini.”
Kekuatan kehendak untuk berbuat.
Selepas SMA, Sudhamek masuk di Fakultas Ekonomi sebuah Universitas di
Salatiga. Diakuinya, pilihan ini adalah tidak sengaja. Akan tetapi, ketika
melihat nilai kuliahnya di fakultas ekonomi itu bagus, ia mulai jatuh cinta
pada ilmu ekonomi. Sudhamek merasa kalau dirinya tidaklah sebodoh yang ia
bayangkan ketika menyadari bahwa nasib ada di tangannya sendiri, beliau bangkit
dan. Kepercayaan dirinya pun mulai tumbuh. Ia menjelma menjadi seorang
mahasiswa gaul yang fasih berbicara di depan publik. Sudhamek percaya bahwa
“will power” yang membuatnya berubah, semacam kekuatan kehendak untuk berbuat.
Ia memang tak pernah menjadi murid terpandai. Namun, kata Sudhamek, karena
kekuatan kehendak itulah, ia berhasil menyabet dua gelar sarjana sekaligus,
ilmu ekonomi dan ilmu hukum.
Memburu pengalaman.
Lulus kuliah, bukan berarti Sudhamek langsung meneruskan bisnis keluarga,
meskipun secara lokal, nyatanya bisnis keluarga sangat menjanjikan. Ia mampir
dulu untuk menimba ilmu dulu di berbagai perusahaan. Sudhamek bergabung dengan
PT Gudang Garam, Kediri. Dalam waktu 8 tahun, beliau sudah dipercaya untuk
menjadi Presiden Direktur di PT. Trias Santosa Tbk, anak perusahaan Gudang
Garam. Belasan tahun ia belajar manajemen, dan kepemimpinan mengelola
korporasi. Semua pelajaran itu kemudian diterapkannya ketika ia mengambil alih
bisnis warisan ayahnya, PT Tudung, yang awalnya bergerak di bisnis tepung
tapioka. Di bawah kepemimpinan Sudhamek, perusahaan itu berubah nama menjadi PT
Tudung Putrajaya (TPJ), bergerak di produksi kacang garing, meskipun masih
tanpa merek. Inilah cikal bakal GarudaFood. Mulai 1987, mereka menjual kacang
produksinya dengan merek ‘Kacang Garing Garuda.’ Kacang Garuda meledak di
pasaran.
Inovasi harga mati.
Menggunakan semua pengalaman kerja sebelumnya, Sudhamek berhasil
memodernkan GarudaFood. Inovasi demi inovasi terus dilakukan. Contohnya adalah
keberhasilan GarudaFood mendirikan perusahaan distribusi. Dari dulunya hanya
fokus dalam produk kacang, kini telah menghasilkan 200 produk makanan dan minuman.
Puncaknya, GarudaFood menjalin kerjasama dengan brand besar dari Jepang,
Suntory. Akhir tahun lalu, mereka meluncurkan merk minuman teh botol, Mirai.
Ada untungnya di bisnis beverage. Saat Indonesia digilas krisis moneter pada
1998, GarudaFood justru bertahan. Ini karena mereka menguasai 60-70 persen
pangsa pasar. Bahkan, berkat kerjasama dengan Suntory, kini GarudaFood merambah
pasar dunia.
Perusahaan harus mengapresiasi kultur.
Beliau menekankan pentingnya kultur dalam membangun GarudaFood. Kalau
perusahaan itu mempunyai kultur yang baik, maka sebuah perusahaan akan
berperforma baik pula. Bagi Sudhamek, penting sekali untuk membangun aspek
spiritual dalam perusahaan. Moralitas karyawan yang baik akan memberikan hasil
yang baik pula untuk perusahaan. Seorang pemimpin hebat harus mampu menyentuh
aspek manusia semua orang yang dipimpinnya dengan cerdas dan arif. Dengan
kemampuan spiritual yang ditambahkan dengan kompetensi, maka perusahaan akan
menjadi lebih dinamis dalam bertumbuh.
Regenerasi.
Kini, dengan besarnya GarudaFood, Sudhamek merasa sudah saatnya bagi beliau
untuk pensiun. Beliau merasa bahwa sinar matahari pemimpin baru GarudaFood bisa
tertutup apabila beliau masih aktif. Dalam sebuah proses suksesi yang berhasil,
beliau menyerahkan posisi sebagai CEO GarudaFood pada Hardianto Atmadja. Kini
Sudhamek memilih untuk menjadi mentor GarudaFood, terutama dalam menjaga budaya
spiritual dan inovasi.
Sudhamek, yang dulu anak kecil minder bernama aneh itu, berhasil meraih
berbagai penghargaan, secuil di antaranya adalah Ernst & Young Indonesia
Entrepreneur of The Year 2004, dan The Most Admired CEO 2004, 2005, 2006, 2007
Sumber :
https://simomot.com/2014/07/14/sudhamek-korban-bully-yang-sukses-pimpin-garudafood/
http://jateng.tribunnews.com/2016/01/24/ini-biodata-sudhamek-aws-chairman-garudafood-group
Nama : Angger Bagus Wicaksono
Kelas : 1EA11
Npm : 18216193
Dosen : Ramitha Hapsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar